Wednesday, August 1, 2012

Racun Tertua dan Peradaban Kuno

Oleh Stephanie Pappas, Penulis Senior LiveScience | LiveScience.com

Zaman Besi di Afrika ternyata mulai lebih cepat dari yang sebelumnya diperkirakan, yaitu sekitar 20 ribu tahun lebih dulu.

Analisis terbaru dari artifak di sebuah gua di Afrika Selatan menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di sana sudah memahat peralatan dari tulang, menggunakan pigmen, manik, dan menggunakan racun 44 ribu tahun lalu. Jenis-jenis artefak serupa sebelumnya dihubungkan ke budaya San, yang diperkirakan muncul 20 ribu tahun lalu.

"Penelitian kami membuktikan bahwa Zaman Besi terakhir muncul di Afrika Selatan lebih cepat dari yang awalnya dipercaya, dan muncul bersamaan dengan keberadaan manusia modern di Eropa," kata peneliti Paola Villa, kurator di University of Colorado Museum of Natural History, dalam sebuah pernyataan.
Zaman Besi terakhir di Afrika muncul di saat bersamaan dengan Periode Paleolitikum Awal di Eropa, saat manusia modern pindah ke Eropa dari Afrika dan bertemu Neanderthal sekitar 45 ribu tahun lalu.

"Perbedaan dalam teknologi dan budaya antara dua daerah ini sangat berbeda, ini menunjukkan bahwa orang-orang dari dua kawasan berbeda ini mengambil jalur yang sangat berbeda dan berujung pada evolusi teknologi serta peradaban," kata Villa.

Jejak budaya
Jejak-jejak peradaban di Afrika sudah ditemukan berusia 80 ribu tahun, tapi fragmen-fragmen ini -- alat terbuat dari tulang, manik yang dipahat -- menghilang dari dokumentasi arkeologi 60 ribu tahun.

Bahkan, hampir tidak ada rekaman sejarah akan apa yang terjadi di Afrika bagian selatan antara 40 ribu-20 ribu tahun lalu, tulis Villa dan kolega-koleganya menulis online di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (30 Juli). Kesenjangan ini membuatnya sulit menghubungkan antara masyarakat Zaman Batu-pertengahan dan yang datang sesudahnya.

Teknologi terbaru dalam penanggalan yang dibawa para peneliti ini berasal dari temuan di gua di perbatasan antara Afrika Selatan dan Swaziland bernama Border Cave (Gua Perbatasan). Mereka menemukan bahwa artifak-artifak di gua ini lebih tua dari yang sebelumnya diperkirakan.


Manik-manik dari cangkang telur burung unta, tulang berujung tajam yang digunakan untuk mata panah, dan tulang berukir adalah beberapa fragmen yang berusia lebih tua daripada budaya San. Satu alat panjang dari tulang didekorasi dengan potongan spiral yang kemudian diisi pigmen tanah liat merah. Satu set taring babi hutan menunjukkan bukti-bukti kerikan dan asahan. Tulang-tulang lain dihias dengan titik-titik, seperti digunakan untuk menghitung sesuatu.


Manik-manik lain yang ditemukan juga sengaja dihitamkan oleh api, satu berasal dari 38 ribu tahun lalu. Sepotong kayu bolong dan batu berusia 35 ribu tahun lalu. Alat itu rupanya digunakan untuk menggali tanah dan larva rayap.

Racun tertua
Para peneliti ini juga menemukan segumpal lilin lebah (beeswax) dicampur oleh resin racun yang biasa ditempel di ujung panah atau tombak. Beeswax itu diperkirakan berasal dari 35 ribu tahun lalu, menjadikannya beeswax tertua yang digunakan sebagai alat.

Mereka juga menemukan tongkat kayu tipis yang penuh dengan goresan. Analisis kimia menunjukkan jejak asam ricinoleic, racun alami yang ditemukan di kacang castor. Tampaknya tongkat ini adalah aplikator untuk mengoles racun di panah atau mata tombak, lapor para arkeolog.

Dengan usia 20 ribu tahun, aplikator ini adalah tanda pertama penggunaan racun yang pernah ditemukan.

"Ujung tipis tulang dari Zaman Batu awal di Gua Perbatasan adalah bukti penggunaan busur dan panah," kata Villa. Pada masa prasejarah, penggunaan busur dan panah dengan racun di ujung adalah cara untuk membunuh herbivora berukuran sedang dan besar.

Penanggalan itu membantu mengisi kekosongan dalam peradaban manusia, kata peneliti Lucinda Backwell, ahli paleoantropologi di University of the Witwatersrand di Afrika Selatan.

"Penanggalan serta analisis materi arkeologi yang ditemukan di Gua Perbatasan di Afrika Selatan sudah menunjukkan bahwa banyak elemen materi budaya yang menjadi karakter kehidupan kelompok berburu-meramu, bagian dari teknologi dan budaya penghuni situs ini 44 ribu tahun lalu," kata Backwell.

Sangat mungkin bahwa teknologi-teknologi ini muncul 50 ribu sampai 60 ribu tahun lalu di Afrika dan kemudian menyebar ke Eropa, kata Villa.
Sumber

Related Posts:

Posted by: Pak WARTA BILA TAHU, Updated at: 12:18 PM

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More